Powered By Blogger

Senin, 28 Maret 2011

MILANGKAlA KABUPATEN BANDUNG 20 APRIL 1641-20 APRIL 2011 370 TAHUN

NYUKCUK GALIR NU KAPUNGKUR
MAPAY LARATAN KATUKANG
TINULIS TIBAHARI,NU NGANCIK DIKIWARI


MILANGKAlA
KABUPATEN BANDUNG
20 APRIL 1641-20 APRIL 2011
370 TAHUN



DISUSUN;
ACEP ABUD BURHANI, S.Pd
19710117 199703 1001








SMPN 2 KATAPANG
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
KABUPATEN BANDUNG






KATA PENGATAR
Rangkuman Sejarah ini disusun dalam rangka turut berupaya menyampaikan informasi ihwal Kabupaten Bandung tercinta, dari masa pertama berdiri sampai sekarang. mengingat kita sebagai masyarakat Kabupaten Bandung terkesan mengabaikan sejarah kotanya sendiri. Hal tersebut sangat wajar disebabkan kurangnya informasi baik dalam bentuk kabar berita, artikel maupun buku.
Dalam hal ini untuk menggugah pengetahuan tentang sejarah terbentuknya Kab Bandung, penulis berusaha mencari sumber yang relevan untuk ditulis kembali berupa rangkuman ini dengan pola yang mudah dipahami.
Kami memahami sepenuhnya bahwa tulisan ini masih banyak kekurangan mengingat sangat terbatasnya kemampuan dalam menyiapan dan penyusunan serta analisis yang kami miliki.
Pada kesempatan ini, pertama kami sampaikan rasa terima kasih sebesar besarnya kepada Staf Pegawai Kabupaten Bandung dalam hal ini, Kantor Arsif Daerah, Perpustakaan daerah Kabupaten Bandung, Perpustakaan Sribaduga Jawa Barat yang telah memberikan pengarahan berupa bahan bahan untuk penulisan sejarah Kabupaten Bandung ini.
Mudah mudahan bermanfaat bagi kita semua. Serta tulisan ini diperuntukan untuk mereka yang cinta akan Kabupaten Bandung.
Tampilan Tulisan ini untuk memperingati hari ulang tahun Kabupaten Bandung Ke 370.
Kabupaten Bandung semoga tetap Jaya


PENDAHULUAN
NYUKCUK GALIR NU KAPUNGKUR
MAPAY LARATAN KATUKANG
TINULIS TIBAHARI,NU NGANCIK DIKIWARI

MILANGKAlA
KABUPATEN BANDUNG
20 APRIL 1641-20 APRIL 2011
369TAHUN

Sugrining puji kasanggaken ka Alloh Robbu Izzati, anu parantos nyiptaken jagat gorobyangan katut pangesina. Sholawat miwah salam mugia salawasna ngocor ka Rosululloh Muhammad SAW. Anu parantos masihan tuduh ka urang sadaya enggoning nyuprih kasalametan dunya rawuh aherat. Kedaling rasa Syukur minangka tawis katumapian tina lungsurna rohmat ti gusti tug dugi ka simkuring tiasa ngajembaran ieu tulisan mangrupi laporan sajarah kabupaten Bandung.
Ditilik tina eusina mah ieu laporan estu basajan pisan naming mudah mudahan janten ajen ka urang sadaya enggoning nyangking pangaweruh sajarah daerah urang.
Soksanaos kawilang Basajan.mugia ieu buku ageng manfaatna kanggourang sadaya
Sugri kaanu maosieu tulisan,teu kinten diantos pisan rupining krikik sareng saranna……
Sumber : buku pangajaran basa sunda, Setiadi Rukmana,S.Pd)

Kita sudah tahu bahwa Kabupaten Bandung Ini merupakan Pusat Daerah, sering disebut dengan Priangan Nama Priangan pertama kali ditemukan dalam tulisan kuno pada Daun Lontar Kerajaan Galuh. Daerah Priangan meliputi Dataran Bandung, Garut, Tasik, Ciamis dan Sumedang. Apabila dipelajari dan diteliti , cerita Parahiyangan itu secara garis besar merupakan sejarah yang mencakup pulau Jawa, Madura dan Bali.
Berdasarkan Toponimi Asal usul nama Suatu Tempat dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Pendapat pertama menerangkan bahwa kata Priangan itu berasal dari kata hiang yang diberi imbuhan “pra “ dan “an “
2. Menerangkan bahwa kata Priangan dari kata Rahiang yang diberi imbuhan “pa”dan akhiran “an”
3. menerangakan bahwa Periangan itu berasal dari “purihiang” yang di beri akhiran “an”.
Dari asal usul diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Kata priangan adalah daerah atau tempat yang subur makmur loh jenawi tempat para hiang beristirahat.
Dimasa sekarang, Bandung merupakan daerah yang banyak dikunjungi tak terkecuali turis mancanegara, mereka berdatangan mencari ketenangan imajinasi bahkan hanya sekedar melepas dahaga ketika kehausan. Penuh cerita dibalik kota ini darimasa kerajaan sampai masa kemerdekaan tak akan habis diceritakan dalam satu hari.Dahulu merupakan hutan belantara yang berawa rawa sulit untuk dibuka namun sekarang terbalik Bandung herin kutangtung, gedung menggantikan belantara sehingga tak ada kesan takut dimangsa hewan. sekarang manusia begitu banyak mendiami Tatar Ukur tidak terasa sudah 4 Daerah berdiri di sini yaitu Kabupaten Bandung, Kota Bandung, Kota Cimahi dan Kabupaten baru berdiri yantu Bandung barat yang dahulu hanya 20 rumah ditambah 200 orang berasal dari daerah Timbanganten.
Penomena tersebut sangat sesuai dengan keadaan sesungguhnya bukan hanya isapan jempol belaka tapi memang kenyataan yaitu Bandung tempat yang subur makmur Indah bagai Dunia Hiang tempat orang berdiam betah tumaninah.
Dalam tulisan ini kami batasi hanya menelaah sejarah Kabupaten Bandung dimulai dari Keadaan alam Danau Purba, Ibukota Tatar ukur dan Silsilah Bupati Bandung.











lambang berbentuk perisai terbagi atas empat bagian, yaitu :
I. Bagian kanan atas berlatar kuning emas
Dengan gambar gunung (Gb. Tangkuban Perahu) berwarna hijau, melambangkan bahwa Kabupaten Bandung termasyhur karena tanahnya yang subur di daerah bergunung-gunung, dan sebagai cirri memiliki gunung Tangkuban Perahu yang sangat terkenal dengan legenda Sangkuriang.

II. Bagian melintang bergerigi
Merupakan bentuk bendungan kokoh kuat berwrna hitam. Melambangkan masyarakat Kabupaten Bandung memiliki pendirian yang kokoh dan kuat, baik secara fisik dalam membendung hawa nafsu.

III. Pohon kina berwarna hijau dan berlatar belakang merah
Melambangkan di Kabupaten Bandung kaya akan air, baik air maupun air danau. Kabupaten Bandung di lintasi oleh sungai Citarum, sungai Cikapundung, dab sungai-sungai kecil lainnya. Kabupaten Bandung danau/situ Patengang, Situ Cileunca, Situ Lembang, Situ Ciburuy, dan danau-danau lainnya.

IV. Dibawah perisai tertulis dalam pita kuning : REPEH RAPIH KERTARAHARJA
Artinya :
• REPEH : Suasana kehidupan yang aman dan tentram.
• RAPIH : Suasana kehidupan yang rukun dan tertib dalam lingkungan yang bersih, sehat dan asri.
• KERTARAHARJA : Tatanan kehidupan yang sejahtera lahir dan batin secara seimbang, serasi adil dan merata.
(Sumber : Perda No. 11 Tahun 1956)



VISI KABUPATEN BANDUNG :

TERWUJUDNYA MASYARAKAT KABUPATEN BANDUNG YANG MAJU, MANDIRI DAN BERDAYA SAING, MELALUI TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK DAN PEMANTAPAN PEMBANGUNAN PERDESAAN, BERLANDASKAN RELIGIUS, KULTURAL DAN BERWAWASAN LINGKUNGAN.

MISI KABUPATEN BANDUNG :

Untuk mewujudkan Visi diatas, maka harus ditetapkan juga Misi yang harus mendapatkan perhatian seksama dimana tugas yang diemban oleh Pemerintah Kabupaten Bandung adalah:

1. MEWUJUDKAN PEMERINTAHAN YANG BAIK.
2. MEMELIHARA STABILITAS KEHIDUPAN MASYARAKAT YANG AMAN, TERTIB, TENTRAM DAN DINAMIS.
3. MENINGKATKAN KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA
4. MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT
5. MEMANTAPKAN KESHALEHAN SOSIAL BERLANDASKAN IMAN DAN TAKWA
6. MENGGALI DAN MENUMBUHKEMBANGKAN BUDAYA SUNDA
7. MEMELIHARA KESEIMBANGAN LINGKUNGAN DAN PEMBANGUNAN YANG BERKELANJUTAN.
8. MENINGKATKAN KINERJA PEMBANGUNAN DESA
( Sumber: www.bandungkab.go.id )











PETA WILAYAH KABUPATEN BANDUNG




Kabupaten Bandung, adalah wilayah di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Soreang. Secara geografis letak Kabupaten Bandung berada pada 6°,41’ – 7°,19’ Lintang Selatan dan diantara107°22’ – 108°5’ Bujur Timur dengan luas wilayah 176.239 ha. Batas Utara Kabupaten Bandung Barat; Sebelah Timur Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Garut; Sebelah Selatan Kabupaten Garut dan Kabupaten Cianjur sebelah Barat Kabupaten Bandung Barat; di bagian Tengah Kota Bandung dan Kota Cimahi. Kabupaten Bandung terdiri atas 31 kecamatan, 266 Desa dan 9 Kelurahan. Dengan jumlah penduduk sebesar 2.943.283 jiwa (Hasil Analisis 2006) dengan mata pencaharian yaitu disektor industri, pertanian, pertambangan, perdagangan dan jasa.
Sebagian besar wilayah Bandung adalah pegunungan. Di antara puncak-puncaknya adalah: Sebelah utara terdapat Gunung Bukittunggul (2.200 m), Gunung Tangkubanperahu (2.076 m) ( Wilayah KBB) di perbatasan dengan Kabupaten Purwakarta. Sedangkan di selatan terdapat Gunung Patuha (2.334 m), Gunung Malabar (2.321 m), serta Gunung Papandayan (2.262 m) dan Gunung Guntur (2.249 m), keduanya di perbatasan dengan Kabupaten Garut.
Wilayah Kabupaten Bandung beriklim tropis dipengaruhi oleh angina muson dengan curah hujan rata – rata berkisar antara 1500 sampai dengan 4000mm /tahun, suhu rata – rata berkisar antara 19°C sampai dengan 24°C.


A. BANDUNG DARI DANAU PURBA


Bandung kita kenal sebagai kota yang terletak di sebuah plato besar dikelilingi oleh gugusan gunung yang bertengger membetuk bulatan sebagai benteng pertahanan atau perisai yang bermanfaat penghalau iklim dari daerah panas atau pesisir maka suhu yang kita rasakan sejuk.
Perlu kita kaji lebih jauh mengenai struktur Bandung dengan relief yang bervariasi,mengapa dikelilingi gugusan pegunungan ?
Menurut penyelidikan Geologi, bahwa Bandung sekarang dahulunya merupakan Lautan yaitu sekitar 20- 15 juta tahun yang lalu. Pada masa itu pulau Jawa Bagian Utara masih merupakan Samudra.hanya bagian selatan saja yang merupakan daratan sekitar selatan Pangalengan sekarang. Sisa lapisan lapisan yang diendapkan 20 juta tahun yang lalu kini masih bisa disaksikan di daerah Padalarang,Purwakarta dan Subang. Berbentuk sisa batuan Gamping ( karang ) yang ditemukan mengandung fosil Binatang laut. Buktinya disekitar Padalarang banyak terdapat Batuan Gamping yang membentuk bukit bukit kapur yang berasal dari bekas kerang hewan laut. ( Kusumadinata,1959).
Secara bertahap pantai laut Jawa yang semula terletak di Selatan Pangalengan lama lama bergeser makin keutara. Tak jauh dari kota Bandung, ini terjadi pada periode Revolusioner, diakhir jaman Miosen ( 25-14 juta tahun yang lalu ). Pergeseran pantai tersebut diakibatkan oleh pembentukan gunung (orogenesa) dan proses lipatan lapisan Bumi,sedimen yang terlipat kemudian munculdiatas laut.
Masa berikutnya kembali mengalami preiode Istirahat, dimana kegiatan volkanis dan sedimentasi cekungan dalam laut utara Bandung mengakibatkan munculnya gunung Salacau ( Cipatik Cililin) bukit Lagadar Cimahi,yang membentuk Viramida.
Pada akhir Pliosen (2 Juta tahun Yang Lalu ) terjadi lagi periode Revolusioner berupa tekanan dari sedimen,hingga terjadi proses pembentukan gunung, diantaranya gunung Malabar di selatan, Dukit Tunggul di timur, Gunung Sunda, Burangrang. disusul menghilangnya Selacau.
Periode Plestosen ( 1 Juta tahun yang lalu ) beberapa kegiatan volkanik di Bandung Utara sempat membentuk kumpulan gunung api.ukuran dasarnya 20 KM dengan ketinggian 2000-3000 mt.Gunung ini dikenal sebagai gunung Sunda, sebuah gunung raksasa dengan sebuah kaldera dipuncaknya. Sedangkan gunung Burangrang hanya merupakan parasit dari gunung itu. Pembentukan Gunung Sunda mengakibatkan kosongnya unsur tanah dibawahnya karena dikelurkan melalui letusan mengakibatkan terjadinya patahan lembang (Prof. Dr.Th.H.F.Klompe” The Geology of Bandung” 1956)
Pada Jaman Holosen ( 11 ribu tahun yang lalu) terbentuklah gunung Tangkuban perahu sebagai anak dari kaldera gunung Sunda yang sudah meletus, dan gunung api itu menutupi bagian timur sisa gunung api lama, tiga kali mengalami erupsi besar yang mengeluarkan lava dan abu yang menimpa sebelah utara Bandung.
Letusan besar kedua dari gunung Tangkuban perahu terjadi 6000 tahun yang lalu yang mengakibatkan perubahan gunung tersebut menyerupai perahu terbalik ( menurut cerita rakyat perahu yang ditendang oleh sangkuriang akibat cita citanya tak terkabul ).*
Muntahan letusan besar tersebut tersebar disebelah barat Ciumbuleuit dan sebelah lagi sempat menyumbat sungai citarum yang mengalir dilembah Cimena Utara Padalarang ( Citatah ).
Dengan tersumbatnya sungai Citarum maka terjadilah genangan air yang meluas membentuk sebuah danau “ Danau Bandung” yang dikenal dengan Situ Hiang.
Sekitar 4000-3000 tahun yang lalu.Danau Bandung mulai surut tatkala sungai Citarum yang tersumbat akibat letusan Gunung Tangkubanperahu bisa bebas mengalir kembali dengan menembus bukit bukit Curug Jompong di Cipatik, Rajamandala melewati terowongan alam bernama Sanghiang Tikoro. ( Sungai Cimena yang terbendung oleh letusan G Tangkubanperahu tersebut bisa dilihat sekarang merupakan lembah yang lebar memanjang kearah utara dengan aliran air yang kecil).
Luas Danau Hiang “ danau Bandung “ membentang dari Cicalengka timur sampai Padalarang diarah Barat sejauh 50 Km dari Dago Utara ke Soreang batas Ciwidey ( wilayah Cukanghaur Desa Sukajadi Kecamatan Soreang bukti adanya celah Rahong sebagai kikisan air membentuk lereng yang vertikal. sejauh 30 Km. Itulah sejarah Bandung menurut penyelidikan ahli geologi.

Legenda sangkuriang

Pada jaman dahulu, di Jawa Barat hiduplah seorang putri raja yang bernama Dayang Sumbi. Ia mempunyai seorang anak laki-laki yang bernama Sangkuriang. Anak tersebut sangat gemar berburu di dalam hutan. Setiap berburu, dia selalu ditemani oleh seekor anjing kesayangannya yang bernama Tumang. Tumang sebenarnya adalah titisan dewa, dan juga bapak kandung Sangkuriang, tetapi Sangkuriang tidak tahu hal itu dan ibunya memang sengaja merahasiakannya.

Pada suatu hari, seperti biasanya Sangkuriang pergi ke hutan untuk berburu. Setelah sesampainya di hutan, Sangkuriang mulai mencari buruan. Dia melihat ada seekor burung yang sedang bertengger di dahan, lalu tanpa berpikir panjang Sangkuriang langsung menembaknya, dan tepat mengenai sasaran. Sangkuriang lalu memerintah Tumang untuk mengejar buruannya tadi, tetapi si Tumang diam saja dan tidak mau mengikuti perintah Sangkuriang. Karena sangat jengkel pada Tumang, maka Sangkuriang lalu mengusir Tumang dan tidak diijinkan pulang ke rumah bersamanya lagi.

Sesampainya di rumah, Sangkuriang menceritakan kejadian tersebut kepada ibunya. Begitu mendengar cerita dari anaknya, Dayang Sumbi sangat marah. Diambilnya sendok nasi, dan dipukulkan ke kepala Sangkuriang. Karena merasa kecewa dengan perlakuan ibunya, maka Sangkuriang memutuskan untuk pergi mengembara, dan meninggalkan rumahnya.
Setelah kejadian itu, Dayang Sumbi sangat menyesali perbuatannya. Ia berdoa setiap hari, dan meminta agar suatu hari dapat bertemu dengan anaknya kembali. Karena kesungguhan dari doa Dayang Sumbi tersebut, maka Dewa memberinya sebuah hadiah berupa kecantikan abadi dan usia muda selamanya.

Setelah bertahun-tahun lamanya Sangkuriang mengembara, akhirnya ia berniat untuk pulang ke kampung halamannya. Sesampainya di sana, dia sangat terkejut sekali, karena kampung halamannya sudah berubah total. Rasa senang Sangkuriang tersebut bertambah ketika saat di tengah jalan bertemu dengan seorang wanita yang sangat cantik jelita, yang tidak lain adalah Dayang Sumbi. Karena terpesona dengan kecantikan wanita tersebut, maka Sangkuriang langsung melamarnya. Akhirnya lamaran Sangkuriang diterima oleh Dayang Sumbi, dan sepakat akan menikah di waktu dekat.

Pada suatu hari, Sangkuriang meminta ijin calon istrinya untuk berburu di hatan. Sebelum berangkat, ia meminta Dayang Sumbi untuk mengencangkan dan merapikan ikat kapalanya. Alangkah terkejutnya Dayang Sumbi, karena pada saat dia merapikan ikat kepala Sangkuriang, Ia melihat ada bekas luka. Bekas luka tersebut mirip dengan bekas luka anaknya. Setelah bertanya kepada Sangkuriang tentang penyebab lukanya itu, Dayang Sumbi bertambah tekejut, karena ternyata benar bahwa calon suaminya tersebut adalah anaknya sendiri.

Dayang Sumbi sangat bingung sekali, karena dia tidak mungkin menikah dengan anaknya sendiri. Setelah Sangkuriang pulang berburu, Dayang Sumbi mencoba berbicara kepada Sangkuriang, supaya Sangkuriang membatalkan rencana pernikahan mereka. Permintaan Dayang Sumbi tersebut tidak disetujui Sangkuriang, dan hanya dianggap angin lalu saja.

Setiap hari Dayang Sumbi berpikir bagaimana cara agar pernikahan mereka tidak pernah terjadi. Setelah berpikir keras, akhirnya Dayang Sumbi menemukan cara terbaik. Dia mengajukan dua buah syarat kepada Sangkuriang. Apabila Sangkuriang dapat memenuhi kedua syarat tersebut, maka Dayang Sumbi mau dijadikan istri, tetapi sebaliknya jika gagal maka pernikahan itu akan dibatalkan. Syarat yang pertama Dayang Sumbi ingin supaya sungai Citarum dibendung. Dan yang kedua adalah, meminta Sangkuriang untuk membuat sampan yang sangat besar untuk menyeberang sungai. Kedua syarat itu harus diselesai sebelum fajar menyingsing.

Sangkuriang menyanggupi kedua permintaan Dayang Sumbi tersebut, dan berjanji akan menyelesaikannya sebelum fajar menyingsing. Dengan kesaktian yang dimilikinya, Sangkuriang lalu mengerahkan teman-temannya dari bangsa jin untuk membantu menyelesaikan tugasnya tersebut. Diam-diam, Dayang Sumbi mengintip hasil kerja dari Sangkuriang. Betapa terkejutnya dia, karena Sangkuriang hampir menyelesaiklan semua syarat yang diberikan Dayang Sumbi sebelum fajar.

Dayang Sumbi lalu meminta bantuan masyarakat sekitar untuk menggelar kain sutera berwarna merah di sebelah timur kota. Ketika melihat warna memerah di timur kota, Sangkuriang mengira kalau hari sudah menjelang pagi. Sangkuriang langsung menghentikan pekerjaannya dan merasa tidak dapat memenuhi syarat yang telah diajukan oleh Dayang Sumbi.

Dengan rasa jengkel dan kecewa, Sangkuriang lalu menjebol bendungan yang telah dibuatnya sendiri. Karena jebolnya bendungan itu, maka terjadilah banjir dan seluruh kota terendam air. Sangkuriang juga menendang sampan besar yang telah dibuatnya. Sampan itu melayang dan jatuh tertelungkup, lalu menjadi sebuah gunung yang bernama Tangkuban Perahu.


( Cerita Rakyat “Sangkuriang” ini diceritakan kembali oleh Kak Ghulam Pramudian)



















B. Titimangsa
TERBENTUKNYA KABUPATEN BANDUNG


Kabupaten Bandung lahir melalui Piagam Sultan Agung Mataram, yaitu pada ping songo tahun alif bulan Muharam. berdasarkan perhitungan dan penetapan Tim Peneliti Sejarah Kab Bandung Ping Songo Tahun Alif itu jatuh pada hari sabtu tanggal 20 April 1641 Masehi.
Menerut Prof, Dr. Soekanto di terbitkannya Piagam tersebut bertepatan dengan 16 juli 1633, namun versi Dr.F.De Han menyebutkan titimangsa lahirnya surat keputusan pengangkatan Wira Angun angun bertepatan dengan 20 April 1641.
Perbedaan pendapat ini sempat berkembang lama, namun setelah ditelusuri jejak Sultan Agung Mataram yang berkuasa 1613 – 1645 M, keterangan tentang titimangsa piagam dalam perhitungan masehi mulai ada titik terang. Rupanya pada piagam untuk Bupati Bandung itu, sang pangeran Mataram membubuhkan namanya dengan gelar Sultan. Gelar Sultan itu merupakan pemberian Raja Arab yang dibawa utusannya. Penyerahan gelar dengan nama Sultan Muhammad Matarani untuk sultan Agung itu tercatat 30 Januari 1641. Sultan Agung sendiri sebelum tahun 1624 selalu menggunakan gelar Pangeran,kemudian sejak 1625 biasa menggunakan gelar Sinihun atau Sunan.
Atas dasar catatan penyerahan gelar raja Arab, yang kemudian disesuaikan dengan perhitungan Alamanak dan Pranatamangsa.ditetahui bahwa penerbitan piagam pengangkatan Bupati Bandung pertama bertepatan dengan Kala-Desta ( Hapit ). Bulan itu merupakan musim istirahat petani atau sama dengan 20 April 1641. tercatat pula, pada musim itu adalah waktu diselenggarakannya perayaan kenegaraan.
Dari bukti itu, ditambah dengan bukti bahwa tidak pernah ada catatan atau bukti yang mengungkap di Bandung pernah ada penguasa selain Wira Angun Angun, Maka hari sabtu Ping Songo Bulan Muharam tahun Alif sama dengan tanggal 20 April 1641. ditetapkanlah tanggal 20 April sebagai hari jadi Kabupaten Bandung penetapan ini kemudian disahkan oleh DPRD Kabupaten Bandung melalui Surat Keputusan DPRD Kabupaten Bandung No 10/KPTS/DPRD/1973.







C.KEDUDUKAN IBU KOTA


Wilayah Bandung pada abad ke 17 sering disebut Tatar Ukur salah seorang penguasan di Tatar Ukur yang terkenal adalah Wangsanata alias Dipati Ukur. Tetapi Wangsanata meski menjadi penguasa yang berpengaruh di Tatar Ukur Bandung tidak dijadikan pijakan sebagai kepemimpinan mula di daerah ini, sebab alasannya tidak ada bukti otentik yang tertulis oleh sebab itu maka Wira Angun Angun adalah peletak utama kepemimpinan Bupati di Bandung sesuai dengan surat pengangkatan dari Sultan Agung. Bersamaan dengan diangkatnya Bupati Sukapura di Tasikmalaya, Bupati Limbangan di Garut, Bupati Parakan Muncang di Cicalengka.
Menurut Sejarah Bandung. ( 1855 ). Sesuai dengan Pelantikan Raden Astramanggala menjadi Bupati Bandung dengan gelar Wira Angun Angun, Sultan Mataram tidak menginginkan daerah ukur Bandung dalam keadaan kosong dan memerintahkan untuk membuat kampung baru yang berpenduduk.namun Raden Astramanggala menyatakan bahwa hanya sedikit orang orang dibawah kekuasaanya yang ada di Cihaurbeuti sekitar 25 sampai 30 rumah ( Juliaen de Silva, 1641).Kemudian Raja Mataram memerintahkan untuk mengambil 200 keluarga dari Timbanganten yang termasuk kekuasaan Ardikusumah. Raden Astramanggala kembali dari Mataram dan tiba di Timbanganten, disini ia mendapatkan 200 keluarga yang dipimpin R Ardisuta putra R Ardikusumah. Atas perintah Raja Mataram Rakyat tersebut dibawa ke Tatar Ukur Bandung untuk mengisi tanah dan daerah baru. Perpindahan penduduk yang berangkat dari Timbanganten menuju Karapyak yaitu melalui daerah Tarogong kemudian melintasi Gunung guntur Garut, Pangkalan, Ibun, Masuk ke Paseh Majalaya dan Tiba Di daerah Karpyak (Muara Sungai Cikapundung dengan Sungai Citarum,Dayeuh Kolot Sekarang).
Raden Astramanggala sebagai Bupati Bandung pertama membangun pusat pemerintahan di Karapyak atau Bojongasih, ditepi sungai Cikapundung pada muaranya disungai Citarum, Karapyak kemudian menjadi Citeureup ( Dayeuh Kolot ).
Pada masa Bupati Wiranatakusumah II, atas perintah Gubernur Jendaral Hindia Belanda Daendels tanggal 25 Mei 1810 Ibukota Kabupaten Bandung pindah dari Citeureup ( Dayeuhkolot ) kepinggir Sungai Cikapundung ( Alun Alun Bandung sekarang ) Kota Bandung Pada waktu itu masih merupakan hutan belantara.
Alasan pemindahan Ibukota Kabupaten Bandung,karena dinilai daerah baru tersebut akan memberikan harapan terhadap perkembangan wilayah itu. Sebab saat itu Daendels,merangkap Asisten Pembangunan Jalan Pos dari Anyer ke Penarukan, sedang membangun jalan tersebut yang kebetulan melewati tatar priangan atau Kota Bandung sekarang. Daendels melihat daerah subur sepanjang aliran sungai Cikapundung yang akan memberikan harapan baik, meminta Bupati Bandung untuk memindahkan Ibukota Kabupaten Bandung ke Sekitar Sungai Cikapundung ( alun alun Bandung ).Jalan Pos tersebut dibuat dari Anyer, Batavia,Bogor,Sukabumi, Cianjur Melewati Bandung lalu ke Sumedang berlanjut ke Cirebon dan Berakhir di Penarukan Jawa Timur. Sepanjang 1000 KM).
Menurut cerita saat jembatan penyebrangan Cikapundung selesai dibuat, maka Daendels lah orang pertama yang menyebranginya.lewat beberapa meter kemudian ia menancapkan tongkat kayu dan berkata “ Zorg, dat als ik terug kom hier instead is gebouwd” ( coba usahakan, bila aku datang kembali ketempat ini, telah dibangun sebuah kota. Konon pula bekas Daendels menancapkan tongkat dijadikan kilometer 0 Bandung.
Meski Wilayah dekat Cikapundung tersebut resmi menjadi Ibukota Kabupaten Bandung, Tapi perkembangannnya agak lambat. Dikarenakan wilayah tersebut dikenai aturan isolasi, daerah itu tertutup bagi orang Eropa dan Cina. Aturan itu tertuang dalam Staatsblad No 6/1821, yang ditandatangani Gub Jendral G.A Baron Vender Capellen, 9 Januari 1821. tetapi setelah kepala pemerintahan Kabupaten Bandung dipegang oleh Bupati Wiranatakusumah IV peraturan tersebut dicabut. Ini berkat kemampuan Wiranatakusumah IV membangun Ibukota di bekas danau Raksasa itu, maju pesat. Bandung menjadi kota terbuka makin bertambah ramai. Apalagi setelah Gubernur Jenderal Charles Ferdinan Pahud pada tahun 1856 memerintahkan pemindahan ibukota Keresidenan Priangan dari Cianjur ke Bandung. Namun perintah pemindahan tersebut baru dapat dilaksanakan oleh Residen Van der Moore pada tahun 1864 bertepatan dengan meletusnya Gunung Gede yang menggoncangkan Cianjur.
Karena perkembangan kota yang semakin pesat dengan adanya orang Eropa dan Cina ,Pemerintah Belanda merasa perlu membentuk pemerintahan Kota ( Gemeente ).maka pada masa pemerintahan R.A.A. Martanegara, tepatnya pada tanggal 21 Februari 1906 kota Bandung sebagai Ibukota Kabupaten Bandung statusnya berubah menjadi Gemeente. Sejak itulah kota Bandung resmi lepas dari Kabupaten Bandung Hingga sekarang.
Pada masa Pemerintahan Bupati Kol R.H. Lily Somantri atau Bupati bandung yang ke 20, tercatat peristiwa penting, yaitu rencana pemindahan ibukota dari lokasi semula (Kodya Bandung) kewilayah hokum Kabupaten Bandung, yaitu Baleendah. Kepindahan ini disebut sebagai kembalinya Ibukota Bandung ke Tapak Cikal Bakal Kabupaten Bandung yang pertama semasa Tumenggung Wira Angun Angun. Peletakan Batu pertama dilaksanakan pada hari jadi ke 333 Kabupaten Bandung tanggal April 1974.
Dalam perkembangannya,Pada lahan yang diperuntukan Ibukota Kabupaten Bandung itu, sempat dibangun berbagai pasilitas, antara lain perkantoran untuk beberapa intansi diantaranya Gedung DPRD, Bupati dan sebagainya,disamping itu jalan penunjang yang lengkap dan memadai dibuat sesempurna mungkin.
Akan tetapi atas beberappa pertimbangan fisik Geografis wilayah Baleendah tidak memungkinkan untuk lokasi ibukota Bandung. Maka pada pelantikan Bupati yang ke 21 yakni Kol H. Sani Lupias Abdulrahman.tangggal 05 Desember 1980. Gubernur Jawa Barat saat itu Aang Kunaefi menegaskan tentang rencana pemindahan ibukota Kabupaten Bandung ke Soreang. Penegasan tersebut merupakan penekanan tugas kekaryaan bagi Sani L Abdurahman yang termaktub dalam tindakan tindakan yang perlu digarap oleh Bupati Bandung ke 21.
Pemindahan Ibukota Kabupaten Bandung Ke Soreang yang ditugaskan kepada Kol H. Sani Lupias Abdurahman berawal dari prosesnya pada tahun 1983.yaitu meliputi penentuan lokasi di Desa Pamekaran Kec Soreang seluas 26 Ha,sekaligus mempersiapkan desain konstruksi bangunan gedungnya oleh TIM dari ITB.
Tahun 1986 semasa pemerintahan Bupati Kol HD. Cherman Effendi, terbit peraturan Pemerintah no 2 tahun 1986.yang mengatur mengenai penentuallokasi Ibukota Kab Bandung. Setelah itu dimulailah pelaksanaan pembangunan Ibukota Kab Bandung di Soreang Oleh Bupati yang ke 22.
Diatas lahan 24 Ha kini berdiri megah kompleks perkantoran Kabupaten Bandung dengan menampilkan gaya arsitektur tradisional priangan.hingga kompleks perkantoran ini disebut sebut sebagai perkantoran termegah di Jawa Barat.
Akan tetapi, ketika bupati Cherman Effendi selesai menunaikan tugasnya sebagai Bupati, Kompleks perkantoran Kabupaten Bandung belum rampung. Pembangunannya kemudian dilanjutkan penggantinya Bupati Bandung ke 23, yakni Kol.H.U. Hatta Djatipermana.
Pada saat kepemimpina Hatta, telah dibangun dalam kompleks perkantoran Kabupaten Bandung, antara lain fasilitas tempat Ibadah berupa Mesjid Agung, Kantor DPRD, fasilitas Olah Raga hingga ke penghijauan Kompleks perkantoran. Pembangunan tersebut dirampungkan dalam kurun waktu 2 tahun terakhir 1990-1992.




D. SILSILAH PARA BUPATI

Piagam Bandung yang dibuat Sultan Agung Mataram Pada Ping Songo bulan Muharam Tahun Alif atau tanggal 20 April 1641 Mitu, isinya adalah memberikan kuasa kepada Tumenggung Wira Angun Angun menjadi mantri Agung di wilayah Kabupaten Bandung. Sehingga dengan demikian maka Bupati Bandung yang pertama adalah Raden Astra Manggala yang bergelar Tumenggung Wira Angun Angun.
Tumenggung Wira Angun angun yang memegang tumpuk Bupati dari tahun 1641-1670 sempat diganti oleh salah satu putranya yaitu Tumenggung nyili tahun 1670-1681. namun Nyili tidak lama menjadi Bupati karena mengikuti Sultan Banten. Jabatan Bupati Bandung dilanjutkan Oleh Tumenggung Ardikusumah Dalem Tenjolaya ( Timbanganten ) dari tahun 1681- 1704 M. Tumenggung Ardikusumah mempunyai Putra bernama Raden Demang Adisuta yang menikah dengan Ny.RM Karawitan, putri dari tumenggung Wira Angun Angun. Diduga karena pertalian perkawinan inilah Ardikusuma menggantikan besannya Bupati Kabupeten Bandung Wira Angun Angun yang telah lanjut Usia.
Selanjutnya kedudukan Bupati Bandung dari Ardikusuma diserahkan kepada putranya Ardisuta, yang diangkat pada tahun 1704 setelah pemerintahan Belanda mengadakan pertemuan dengan para Bupati Priangan di Cirebon.
Ardisuta (1704-1747). terkenal dengan nama Tumenggung Anggadireja I. setelah wafat beliau sering disebut “ Dalem Gordah” karena secara kebetulan dimakamkan di kampung Gordah ( Dekat Rumah Sakit Umum DR. Slamet Garut sekarang). Sebagai penggantinya diangkat Demang Hatapraja bergelar Anggadireja II.Putra tertua Dalem Gordah.
Anggadireja II ( 1747-1763 ). Memiliki dua orang putra yakni Indradireja dan Rangga Batulayang serta seorang saudara bernama Wiradireja. Setelah Anggadireja II wafat, yang diangkat menjadi bupati adalah Indradireja yang bergelah Anggadireja III.
Anggadireja III (1763-1794). Dalam kekuasaannya sebagai Bupati menyatukan Kabupaten Bandung dan Timbanganten.Bahkan pada tahun 1768 ia menyatukan Batulayang ( Sekarang Cililin).dalam pemerintahannya. Ada dua catatan yang menyebutkan bahwa pada tanggal 18 Januari 1788 Anggadireja III bergelar Adipati Wiranatakusumah I. Setelah wafat,jabatan Bupati digantikan oleh putranya bergelar Adipati Wiranatakusumah II. ( 1794-1829 ).
Setelah Adipati Wiranatakusumah II wafat Jabatan Bupati Bandung dipegang oleh Adipati Wiranatakusumah III (1829-1846).Selanjutnya digantikan Oleh anaknya bernama Adipati Wiranatakusumah IV ( 1846-1874). Adipati Wiranatakusumah IV dinilai sebagai seorang pamong yang Progresif. Beliaulah peletak dasar master plan yang disebut Negorij Bandoeng. Tahun 1850 ia mendirikan Pendopo Kabupaten Bandung dan Mesjid Agung. Kemudian beliau juga memprakarsai pembangunan “Sekolah Raja” ( Pendidikan Guru ) dan mendirikan sekolah untuk para Menak ( Opleiding School Voor Indische Ambtenaaren ).
Atas jasa jasanya dalam membangun disegala bidang Wiranatakusumah IV mendapat penghargaan dari Pemerintah Kolonial Belanda Berupa Bintang Jasa. Karena Penghargaan itulah, Rakyat Kabupaten Bandung selalu menyebut Dalem Bintang kepada Bupati yang satu ini.
Bupati yang terbilang popular dihati rakyat itu,kemudian diganti oleh Raden Adipati Kusumadilaga, masih saudaranya Dalem Bintang. Raden Adipati Kusumadilaga memerintah dari tahun 1874 sampai 1893 kemudian digantikan oleh R.A.A Martanegara.
R.A.A Martanegara, memerintah dari tahun 1893 sampai 1918 dikenal sebagai Negarawan dan perencana kota yang terbilang Jempolan. R.A.A Martanegara.juga dianggap mampu menggerakan rakyat yang dipimpinnya berfartisipasi aktif menata wilayah kumuh menjadi pemukiman nyaman.Pada akhir Abad 19 wilayah Situsaer terkenal daerah rawan Malaria. Namun berkat ide ide R.A.A Martanegara. Daerah itu menjadi bebas penyakit malaria,karena rawa-rawa didaerah itu dijadikan pesawahan dan kolam kolam ikan. Tidak mengherankan jika Bupati R.A.A Martanegara pandai dalam membangun kotanya, karena memang ia lulusan Ambachtshool ( Sekolah Teknik). Banyak karya R.A.A Martanegara selama 25 tahun memegang jabatan Bupati. Antara lain membangun “Sasak Gantung” ( jembatan ) Cikapundung, membangun kantor kantor dagang Eropa, Bank dan pertokoan di jalan Grote Postweg ( Jln Asia Afrika, Sekarang). Ia juga mencoba memperbaiki sanitasi dan saluran air di Cikapayang. Banhkan rumah rumah penduduk yang beratap ilalang diganti dengan genting. Dalam pengadaan genting tanah yang belum begitu banyak dikenal oleh rakyat. Oleh R.A.A Martanegara tidak cukup hanya didatangkan dari daerah lain namun ia mendatangkan ahli pembuat genting untuk mendidik rakyat Kabupaten Bandung agar dapat memproduksi sendiri. Konon ada suatu kebiasaan Bupati ini yang sangat terkesan dai hati para pegawai Kabupaten dan rakyatnya, yakni selalu “Menongkrongi” proyek proyek yang sedang dikerjakan. Bahkan terkadang berhari hari tinggal digubuk mengawasi pekerjaan.
Periode selanjutnya, Bupati Kabupaten Bandung dijabat oleh Aria Wiranatakusumah V atau “Dalem Haji” . Ia memegang jabatan dua periode yaitu ke 1 (1920-1931) sebagai bupati Bandung ke 12 dan ke 11 dan sebagai bupati Bandung yang ke 14 ( 1935-1945 ) Ia sempat melepasakan jabatannya pada tahun 1931-1935 karena Bupati Bandung dipegang oleh R.T. Hasansumadiparaja sebagai bupati yang ke 13.
Urutan selanjutnya, Bupati Bandung ke 15 dijabat oleh R.T.E.Suriaputra (1945-1947 ), kemudian diganti oleh R.T.M. Wiranatakusumah VI “Aom Male “ 1948-1956 sebagai Bupati Bandung Yang ke 16. Aom Male diganti oleh R Apandi Wiriadiputra yang memegang jabatan Bupati hanya satu tahun dari tahun 1956 sampai 1957 sebagai bupati yang ke 17.
Tampil sebagai Bupati Bandung ke 18 adalah Letkol R.Memed Ardiwilaga (1960-1967).kemudian masa transisi kehidupan politik dari orde lama ke orde baru,yang duduk sebagai Bupati Bandung yaitu Kol Masturi (1967-1969 ) sebagai Bupati yang ke 19.
Sebagai pengganti Kol Masturi, terpilih Kol R.H. Lily Somantri, Bupati Bandung ke 20. ia menjabat dua priode (1969-1974 ) dan (1974-1980). Setelah itu terpilih Bupati yang ke 21 adalah Kol R. Sani Lupias Abdurahman (1980-1985).
Bupati Bandung ke 22 setelah Sani Lupias Abduurahman adalah Kol H.D. Cherman Effendi ( 1985 -1990 ) dan Bupati Bandung yang ke 23 adalah Kol H.U. Hatta Djatipermana yang menjabat selama dua periode , Periode ke 1 ( 1990-1995 ) dan periode ke II (1995-2000 ).
H. Obar Sobarna, S.Ip adalah Bupati Bandung ke 24. Purnawirawan TNI Berpangkat Kolonel ini, period eke I dari tahun 2000 sampai 2005 dan perpilih kembali sebagai Bupati pada periode ke II tahun 2005 sampai 2010. dalam kapasitasnya sebagai pimpinan partai politik, terpilih menjadi Bupati Bandung pada era reformasi dan dalam perubahan situasi politik serta perubahan Undang Undang tentang pemerintahan daerah dengan paradigma Baru.
Pada Ulang tahun Kabupaten Bandung yang ke 369 ditandai dengan Pembangunan sangat pesat banyak dibangun sarana prasarana yang dibutuhkan oleh masyarakat jalan jalan yang menghubungkan wilayah kewilayah lain atau desa ke desa lain diperbaharui dengan dilapisi aspal tentunya bayak hal yang dapat masyarakat rasakan. Apalagi sebagai puncak prestasi kebanggaan Masyarakat Kab Bandung dengan didirikannya sarana Olah raga yang megah dan termegah di Jawa Barat yaitu Gedung Olah Raga Sijalak Harupat, Selamat Ulang Tahun Bandung ku,.
Bupati yang ke 25 adalah H Dadang Naser SH, S.Ip. Lahir di Ciparay pada anggal 26 Juli 1961 dari pasangan HE Moch Dahlan dengan Hj Nana Nasihah, sebagai anak tertua dari 7 bersaudara, beristrikan Hj Nia Kurnia Agustina dan dikaruniai 3 orang anak: Sarah, Fadlan dan Meisya. Ia menyelesaikan SD dan SMP di Ciparay, dan SMA di SMAN 11 Bandung. Ia meraih gelar kesarjanaannya dalam bidang Hukum Tata Negara dari Uninus, dan bidang ilmu pemerintahan dari Unjani, dan kemudian menyelesaikan pendidikan ilmu Politik di Unpad Kecintaannya terhadap agama, bangsa dan negara sangat tinggi. ide dan gagasan begitu deras mengalir untuk memperbaiki tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Selanjutnya ia wujudkan melalui berbagai organisasi. Ia pelopori berdirinya Remaja Islam Masjid Agung Ciparay (*RISMA), berlanjut dengan organisasi-organisasi kepemudaan seperti Pramuka, PMI, Karang Taruna, AMPI, KNPI. Perjuangannya kemudian dilanjutkan lewat Fraksi Partai Golkar di komisi A DPRD Kab Bandung.
Selamat Ulang Tahun Bandung ku.

SILSILAH BUPATI BANDUNG

1. TUMENGGUNG WIRAANGUN ANGUN 1641 – 1670
2. TUMENGGUNG NYILI 1670 – 1681
3. TUMENGGUNG ARDIKUSUMAH 1681 – 1704
4. TUMENGGUNG ARDISUTA
( TUMENGGUNG ANGGADIREJA I ) 1704 – 1747
5. DEMANG NATAPRAJA 1747 – 1763
( TUMENGGUNG ANGGADIREJA II )
6. INDRADIREJA
( TUMENGGUNG ANGGADIREJA III ) 1763 – 1794
7. R.A.A. WIRANATAKUSUMAH II 1794 – 1829
( DALEM KAUM )
8. R.A.A. WIRANATAKUSUMAH III
( DALEM KARANGANYAR ) 1829 – 1846
9. R.A.A. WIRANATAKUSUMAH IV
( DALEM BINTANG ) 1846 – 1874
10. R.A. KUSUMADILAGA
(DALEM MARHUM ) 1874 – 1893
11. R.A.A. MARTANAGARA 1893 – 1918
12. R.H.A.A. WIRANATAKUSUMAH V
( DALEM HAJI ) 1918 – 1931
13. R.T.HASAN SUMADIPRAJA 1931 – 1935
14. R.H.A.A. WIRANATAKUSUMAH VI 1935 – 1945
15. R.T.E. SURIAPUTRA 1945 – 1947
16. R.T.M. WIRANATAKUSUMAH VII 1947 – 1956
17. R. APANDI WIRADIPURA 1956 – 1960
18. MEMED ARDIWILAGA 1960 – 1967
19 MASTURI 1967 – 1969
20 R.H.LILY SOMANTRI 1969 – 1975
1975 – 1980
21. SANI LUPIAS ABDURAHMAN 1980 – 1985
22. H.D. CHERMAN EFFENDI 1985 – 1990
23. H.U.HATTA DJATIPERMANA 1990 –2000
24. H.OBAR SOBARNA,S.IP 2000 – 2005
2005 – 2010
25. DADANG M NASER 2010 - 2015






























Bandung - Kompleks pemakaman Bupati Bandung yang ada di Bandung ada di tiga tempat, makam utama dimana Adipati Wiranatakusumah I dimakamkan terletak di Dayeuhkolot, lalu makam Rd Adipati Wiranatakusumah II di Dalem Kaum, dan makam R.A Wiranatakusumah III (Dalem Karanganyar), Bupati Bandung ke VII di Kelurahan Karanganyar, Kecamatan Astana Anyar. Tempat ini juga tempat dimakamkannya pahlawan nasional pejuang emasipasi wanita dari Jawa Barat Dewi Sartika.

Lokasi komplek pemakaman ini tidak terlalu jauh dengan kompleks pemakaman Bupati Dalem Kaum yaitu di Jalan Karang Anyar. Tinggal lurus ke arah barat dari Jalan Dalem Kaum. Memasuki perempatan Jalan Otista-Jalan Dalem Kaum belok ke kiri.

Gapura besar bertuliskan "Makam Boepati Bandung dan Pahlawan Nasional Dewi Sartika" akan ditemukan beberapa meter kemudian. Memasuki jalan ini deretan penjual bunga, seperti sedap malam termasuk juga penjual janur menyambut di pinggir jalan.

Jarak menuju makam bisa dua kali lipat jarak dari jalan besar menuju makam di Dalem Kaum. Makam seluas 3 ribu meter persegi ini jelas lebih besar dari makam Dalem Kaum.

Menurut panjaga makam, Kardi (60) pemakaman ini terdiri dari 1200 makam. Meskipun jika dihitung menurut jumlah jenazah akan bisa lebih dari 1200. Keterbatasan lahan membuat beberapa jenazah disatukan dalam satu makam.

Sama halnya dengan makam Dalem Kaum, pemakaman ini memiliki satu bangunan induk. Di dalam bangunan ada sekitar 40 makam. Tiga diantaranya adalah makam Bupati Bandung keturunan Raden Adipati Wiranatakusumah lengkap dengan potretnya di depan nisan makam termasuk makam R.A Wiranatakusumah III (Dalem Karanganyar).

Makam Dalem Karanganyar menempati petak yang lebih khusus dari makam lainnya. Dalem Karanganyar yang memerintah dari tahun 1829-1846 yang pertama kali menempati makam ini di tahun 1947.

Di bangunan ini juga termasuk makam orang tua Dewi Sartika, Nyi Raden Rajapermas dan Raden Somanegara. Tapi beda halnya dengan makam Dalem Kaum yang lebih unik dan kaya akan ukiran, makam Adipati di tempat ini tidak terlalu eksklusif. Ukirannya lebih minim dan didominasi dengan marmer.

Kardi yang masih kerabat dengan penjaga makam Dalem Kaum ini mengatakan pemugaran yang dilakukan sampai saat ini adalah pembuatan jalur menuju makam dengan marmer. Selain itu, atap bangunan induk yang aslinya adalah bilik diganti dengan eternit.

Tahun 1972, menurut Kardi, atas sumbangan dari Depsos, pagar makam yang terbuat dari besi dan dikelilingi pepohonan diganti dengan benteng tembok yang serupa dengan makam Adipati Wiranatakusumah I di Dayeuhkolot.

Tiga makam Bupati Bandung ini berada di bawah naungan Yayasan Komisi Sejarah Timbanganten Bandung. Pemugaran tiga makam tersebut menurut Kardi tidak bersamaan tergantung dengan dana. Selain dana yayasan, pemerintah juga termasuk salah satu penyokong dana pembangunan tiga komplek Pemakaman Bupati Bandung tersebut.

NO KECAMATAN CAMAT ALAMAT KANTOR / WEBSITE / e - MAIL
1. Cileunyi Asep Kusumah, S.Sos Jl. Raya Percobaan No.39 (022) 7807064
kec_cileunyi@bandungkab.go.id

2. Cimenyan Dede Sutardi,SH Jl. Terusan Padasuka No. 35 (022) 7273666
kec_cimenyan@bandungkab.go.id

3. Cilengkrang Wawan Ahmad Ridwan, S.STP Jl. Pasirjati No. 3 (022) 7806363
Website :kec-cilengkrang.web.id
kec_cilengkrang@bandungkab.go.id

4. Bojongsoang Drs. Yudi Abdurahman, MSi Jl. Cikoneng No. 9 (022) 5893520
kec_bojongsoang@bandungkab.go.id

5. Margahayu Dindin Syahidin, S.Ip Jl. Sukamenak No. 135 (022) 5417870
kec_margahayu@bandungkab.go.id

6. Margaasih Jl. Peuris No. 2 (022) 6672012
kec_margaasih@bandungkab.go.id

7. Katapang Erwan Kusuma Hermawan, S.Sos, M.Si Jl. Katapang Andir KM.1.5 (022) 5893325
Website : kecamatankatapang.bandungkab.go.id
kec_katapang@bandungkab.go.id


8. Banjaran Drs.Hikmatulqodar Supria Jl. Alun-alun Selatan No. 222 (022) 5940007
kec_banjaran@bandungkab.go.id

9. Pameungpeuk Rusli Baijuri, AP Jl. Raya Banjaran No. 544 (022) 5940002
kec_pameungpeuk@bandungkab.go.id

10. Pangalengan Jl. Raya Pangalengan No. 01 (022) 5979404
kec_pangalengan@bandungkab.go.id

11. Arjasari Drs. Eef Syarif Hidayatullah Jl. arjasari No. 2 (022) 5940822
kec_arjasari@bandungkab.go.id

12. Cimaung Asep Saefudin, SH Jl. Raya Pangalengan KM. 25 (022) 5940517
kec_cimaung@bandungkab.go.id

13. Cicalengka Achmad Rizky Nugraha, S.Ip. Jl. Raya Cicalengka No. 344 (022) 79449205
kec_cicalengka@bandungkab.go.id

14. Nagreg Elly Setiati, SH Jl. Raya Nagreg KM. 37 (022) 7950427
kec_nagreg@bandungkab.go.id

15. Cikancung Drs.H.Ahmad Solihin, BE, M.Si Jl. Raya cinangka Ciluluk (022) 7948228
kec_cikancung@bandungkab.go.id

16. Rancaekek Drs. Meman Nurjaman Jl. Majalaya - Rancaekek No. 220 (022) 7798016
kec_rancaekek@bandungkab.go.id


NO KECAMATAN CAMAT ALAMAT KANTOR / e - MAIL
17. Ciparay Drs.Komarudin Jl. Pamegarsari No 2 (022) 5950372
kec_ciparay@bandungkab.go.id

18. Pacet Drs. Aep Ahmad Muslim,MSi Jl. Raya Pacet No. 1 (022) 5950377
kec_pacet@bandungkab.go.id

19. Kertasari Drs. Asep Ruswandi,MSi Jl. Lapang Sari (022) 5954137
kec_kertasari@bandungkab.go.id

20. Baleendah Drs.Uka Suska Puji Utama Jl. Adipati Kertamanah No.2
(022) 5940847
kec_baleendah@bandungkab.go.id

21. Majalaya Drs. Yiyin Sodikin Jl. Majalaya-Rancaekek No. 220 (022) 5950001
kec_majalaya@bandungkab.go.id

22. Solokanjeruk Maksum,S.Sos Jl. Raya Majalaya-Rancaekek
(022) 59506681
kec_solokanjeruk@bandungkab.go.id

23. Paseh Ma'sum,SIp,MSi Jl. Tangsimekar No. 11 (022) 5954034
kec_paseh@bandungkab.go.id

24. Dayeuhkolot Drs. Nu'man, MSi Jl. Raya Dayeuhkolot No. 409
(022) 5223238
kec_dayeuhkolot@bandungkab.go.id

25. Ibun Drs. Agus Suhartono Jl. Oma Anggiwisasta No. 399
(022) 59519382
website :
kec_ibun@bandungkab.go.id

26. Soreang Achmad Kosasih,S.Ip Jl. Sindangwngi Citaliktik
(022) 5894100
kec_soreang@bandungkab.go.id

27. Pasirjambu Jl. Lapang Jendral No. 100 (022) 5927477
website: kecamatanpasirjambu.blogspot.com
kec_pasirjambu@bandungkab.go.id

28. Ciwidey Asep Rahmadi, S.Ip Jl. Lebak Muncang No. 1 (022) 5928797
Website : kecamatan-ciwidey.blogspot.com
kec_ciwidey@bandungkab.go.id

29. Rancabali RD.Torry Subiantoro S.Ip Jl. Raya Patengan No. 83 (022) 5928521
kec_rancabali@bandungkab.go.id

30. Cangkuang Ajat Sudrajat, SE,MSi Jl. Raya Soreang Banjaran No. 214
(022) 5940100
Website:kecamatancangkuang.blogspot.com
kec_cangkuang@bandungkab.go.id

31. Kutawaringin Yeti Yuliati,S.Ip Jl. Raya Cipatik (022)85873789
Website : kecamatan-kutawaringin.blogspot.com
kec_kutawaringin@bandungkab.go.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar